iklan

Kamis, 01 Oktober 2015

PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL

Penyakit Jantung Kongenital adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, dimana kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Namun tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun.
Penyebab penyakit jantung bawaan masih belum diketahui secara pasti. Namun, kemajuan dalam genetik molekuler baru-baru ini memungkinkan dalam mengidentifikasi kelainan kromosom spesifik yang terkait dengan banyak defek. Selain itu penyebab lain penyakit jantung kongenital juga berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu yaitu saat jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Gangguan perkembangan mungkin disebabkan oleh faktor-faktor prenatal seperti infeksi ibu selama trimester pertama, seperti rubella, influenza atau chicken pox. Faktor-faktor lingkungan pun ikut dikaitkan sebagai etiologi penyakit jantung bawaan, yaitu sekitar 2-4% seperti radiasi, gizi ibu yang jelek, kecanduan obat-obatan dan alkohol juga mempengaruhi perkembangan embrio.
Yang akan dibahas saat ini adalah penyakit jantung bawaan asianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik dapat digolongkan sesuai dengan beban fisiologis yang menonjol yang mereka tempatkan pada jantung.

·         Penyakit Jantung Bawaan (PJB) Non Sianotik dengan Vaskularisasi Paru Bertambah
Kelompok ini paling sering terjadi. Lesi yang terdapat pada jantung pada kelompok  ini akan mengakibatkan kenaikan beban volume dari kiri ke kanan dan kelainan yang dapat menyebabkan penyakit jantung pada kelompok ini terdiri dari:
-          Ventrikel Septal Defek (VSD)
-          Atrial Septal Defek (ASD)
-           Paten Ductus Arteriosus (PDA).

·         Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik dengan Vaskularisasi Paru Normal
Pada kelompok ini dapat menyebabkan kenaikan beban tekanan dan paling sering diakibatkan karena adanya obstruksi pada aliran keluar ventrikel, yaitu terdiri dari
-          Aorta Stenosis (AS)
-          Pulmonal Stenosis (PS)
-           Koartaksio Aorta

Neonatus dengan penyakit jantung bawaan (PJB) dapat simptomatik maupun asimptomatik. Evaluasi yang teliti harus dilakukan pada neonatus asimptomatik untuk menentukan diagnosis kardiak yang paling mungkin dan kemungkinan adanya masalah dikemudian hari. Gejala / tanda pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler yang harus dianalisis adalah dispnoe, sianosis, pulsasi a.femoralis yang lemah / tidak teraba, serta Interpretasi bising jantung pada masa awal neonatus, dimana seringkali sulit dan kesulitan ini berhubungan dengan beberapa faktor. Pertama, adanya perubahan yang cepat tekanan dan resistensi  arteri pulmonalis  yang terjadi pada jam-jam awal setelah lahir pada bayi normal. Aliran darah turbulen melalui duktus arteriosus menyebabkan terdengarnya bising dalam periode singkat akibat turunnya tekanan arteri pulmonalis. Sebaliknya bising VSD mungkin tidak terdengar untuk beberapa waktu karena tingginya resistensi paru pada umur beberapa hari / minggu pertama kehidupan.
            Bising ejeksi sistolik bernada rendah dapat terdengar pada ± 60% neonatus normal , biasanya terdengar dengan baik di mid prekordium atau di area pulmonal. Penyebab bising ini tidak diketahui. Bising dati duktus yang sedang menutup dapat kontinyu atau murni sistolik dan biasanya timbul dan hilang dalam periode waktu yang pendek. Pada kebanyakan kasus bising ini hanya ada beberapa jam saja. Pada neonatus prematur dapat menetap beberapa hari atau beberapa minggu, karena penutupan duktus yang terlambat. Adanya bising yang keras dan atau kasar, pada neonatus ,terdeteksi pada hari pertama, biasanya menunjukkan defek obstruktif seperti aorta stenosis, pulmonal stenosis. 
      Selain pengenalan gejala dan tanda pada pemeriksaan fisik dibutuhkan pula pemeriksaan penunjang guna membantu menegakkan diagnosa yaitu Foto thoraks dan EKG sebagai alat bantu diagnosis yang sederhana yang dapat membantu menegakkan diagnosis. Ekokardiografi adalah alat diagnosis yang lebih dapat dipercaya, berperan dalam mendeteksi PJB. Walaupun  pemeriksaan noninvasif ini telah menggeser peran kateterisasi jantung khususnya pada neonatus, namun kateterisasi jantung kadang tetap dilakukan pada kasus penderita penyakit jantung bawaan yang usianya lebih dewasa. Dengan tambahan pemeriksaan doppler dan doppler berwarna meningkatkan manfaat pemeriksaan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar