iklan

Senin, 09 Juni 2014

IMUNISASI PENTAVALEN

IMUNISASI PENTAVALEN

Apakah vaksin pentavalen?
Vaksin pentavalen adalah gabungan dari vaksin DPT, HB, dan Hib.
Vaksin pentavalen bertujuan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta radang otang (meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib (Haemophylus influenzae tipe b) (Depkes RI, 2013).

Apa keuntungan vaksin pentavalen?
            Pentavalen memberikan perlindungan lebih baik karena anak-anak cenderung bermain dimana saja, tak peduli kebersihan. Selain itu kekebalan mereka masih lemah. Vaksinasi memberikan perlindungan bagi anak terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta meningitis dan pneumonia sehingga akan tumbuh lebih sehat (Depker RI, 2013).

"... balita cukup disuntik satu kali, sudah langsung mendapatkan lima proteksi... "

            Menurut Prof Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, SpA(K), Ketua Satgas Imunisasi IDAI, keunggulan vaksin Pentavalen (DPT-HB-Hib) jika dibandingkan dengan program imunisasi yang lama, antara lain:
1.      Mengurangi 'kesakitan' pada anak
Meskipun dirasakan tidak penting, namun Prof Sri menyampaikan bahwa hal ini sangat bermanfaat bagi anak. Menurutnya, imunisasi yang diberikan dengan cara disuntik ini tidak dipungkiri memberikan rasa sakit dan trauma pada anak.
DPT, HB, dan Hib masing-masing diberikan 3 kali tiap anak. Bisa dihitung berarti totalnya si anak disuntik 9 kali. Sedangkan jika diberikan imunisasi pentavalen, anak berarti hanya akan disuntik 3 kali. Karena setiap kali disuntik sudah 'kombinasi' dari ketiga jenis vaksin tersebut.

2.      Mengurangi kunjungan ke posyandu
Kunjungan ke posyandu atau puskesmas tentu akan membutuhkan biaya, khususnya jika keluarga tersebut berada di daerah yang memang puskesmasnya masih sedikit.
Selain itu, jika memang ibu dari anak merupakan ibu yang bekerja maka pemberian imunisasi pentavalen ini dinilai oleh Prof Sri akan membantu ibu mengatur waktu lebih efisien.
3.      Mengurangi risiko 5 penyakit sekaligus
Imunisasi pentavalen (DPT-HB-Hib) diketahui merupakan kombinasi dari vaksin DPT, HB, dan Hib. DPT diketahui merupakan vaksin yang digunakan untuk mengurangi risiko penyakit difteri, pertusis (batuk 100 hari), dan tetanus. Sementara HB merupakan vaksin untuk mengurangi risiko penyakit hepatitis B. Hib sendiri diketahui bisa mengurangi risiko penyakit meningitis dan pneumonia.

Bagaimana cara pemberian imunisasi pentavalen?
            Vaksin pentavalen diberikan melalui suntikan di paha saat anak berusia 2, 3, 4 bulan. Kemudian dilanjutkan ketika anak berusia 1,5 tahun dengan satu suntikan lanjutan (booster) di lengan kanan atas. Imunisasi lanjutan memastikan kekebalan maksimal. (Depkes, 2013).

Umur Bayi
Jenis Imunisasi
< 7 hari
Hepatitis B (HB) 0
1 Bulan
BCG
Polio 1
2 Bulan
DPT-HB-Hib 1
Polio 2
3 Bulan
DPT-HB-Hib 2
Polio 3
4 Bulan
DPT-HB-Hib 3
Polio 4
9 Bulan
Campak

Bagaimana mendapatkannya?
            Imunisasi pentavalen bisa didapatkan secara gratis di semua Posyandu, Puskesmas, atau fasilitas kesehatan pemerintah lainnya (Depkes RI, 2013).

Apakah imunisasi pentavalen aman? Bagaimana dengan efek sampingnya?
            Vaksin pentavalen aman. Sebelum diberikan pada manusia, setiap jenis vaksin sudah dipastikan keamanannya melalui proses pemeriksaan oleh Badan POM dan lembaga internasional. Demam setelah imunisasi merupakan reaksi normal yang dapat diatasi dengan obat penurun panas (Depkes RI, 2013).

Tentang Vaksin DPT, HB, dan Hib
Vaksin DPT dan Hepatitis B adalah salah satu yang sangat lama dikenal, keamanan dan efek sampingnya juga yang paling banyak diketahui. Vaksin Hib yang menyusul kemudian juga bukan vaksin baru. Vaksin gabungan atau vaksin kombinasi (beberapa vaksin dalam 1 sediaan) seperti vaksin pentavalen memiliki beberapa keunggulan dan menjadi pilihan utama di banyak negara (Husada, 2013).

Aspek Medis Vaksin Kombinasi Pentavalen :
Vaksin DPT-HepB-Hib ditujukan untuk mencegah 5 penyakit, yaitu : Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, dan Haemophilus Influenzae tipe b. Vaksin DPT mencegah 3 penyakit berbahaya : difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin ini merupakan vaksin yang sangat poten. Vaksin DPT ini memiliki efek samping utama berupa demam. Penyakit difteri disebabkan oleh toksin Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini ditandai dengan adanya membran (bercak, lapisan putih kotor) di saluran nafas. Kematian tersering karena komplikasi miokarditis. Penyakit tetanus dosebabkan oleh toksin Clostridium tetani yang ditandai oleh kekakuan dan kejang. Angka kematian akibat penyakit ini masih tinggi bahkan dinegara maju sekalipun. Tetanus neonatorum sendiri masih cukup banyak di negara Indonesia. Penyakit pertusis/ batuk rejan/ batuk 100 hari disebabkan oleh toksin Bordetella pertusis. Penyakit ini ditandai dengan batuk hebat. Saat ini terjadi peningkatan kasus dan wabah di banyak negara di dunia.
Penyakit Hepatitis B dapat dicegah dengan pemberian vaksin. Penularan penyakit ini terutama dari ibu ke janin. Tidak ada gejala nyata hingga lebih dari 40 tahunan, setelah itu muncul gejala ringan sampai berat. Penularan penyakit ini 100 kali lebih mudah daripada penularan HIV. Vaksin HB adalah salah satu vaksin teraman. Sebagian besar negara di dunia menggunakan vaksin ini. Efek samping dari pemberian vaksin ini adalah perdarahan, terutama paada bayi yang kekurangan vitamin K.
Infeksi Hib disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe B. Hib merupakan salah satu penyebab terbanyak penyakit serius pada anak, dapat menyerang semua organ terutama menimbulkan infeksi kulit, radang paru dan meningitis. Insidensi penyakit ini bervariasi. Sebagian besar terjadi pada anak dibawah usia 1 tahun. Bakteri ini sangat sulit ditumbuhkan. Vaksin Hib merupakan vaksin yang sangat poten dan salah satu yang teraman. Telah digunakan di banyak negara. Di negara maju penyakit ini sudah sangat sedikit. Pada umumnya diberikan sendirian atau bergabung dengan vaksin DPT. Efektif dan efisiensi vaksin Hib setara dengan apabila diberikan sendiri (Husada, 2013).

Aspek Keamanan Vaksin Kombinasi Pentavalen :
·         KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
·         Klasifikasi KIPI :
o   Klasifikasi lapangan (digunakan untuk pencatatan dan pelaporan KIPI) :
§  Reaksi vaksin :
·         Reaksi ringan
·         Reaksi langka/jarang
§  Kesalahan prosedur/tekhnik pelaksanaan
·         Tidak steril
·         Salah pakai pelarut vaksin
·         Penyuntikan salah tempat
·         Transportasi/ penyimpanan vaksin tidak benar
·         Mengabaikan Kontra Indikasi
§  Reaksi suntikan
·         Langsung (sakit, bengkak, kemerahan)
·         Tidak langsung (takut/cemas, nafas tertahan, nafas cepat, pusing, mual/muntah, kejang, pingsan, hysteria masal)
§  Kebetulan
Kejadian yang timbul secara kebetula setelah imuniasasi.
Ditemukan kejadian yang sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat tetapi tidak diimunisasi.
§  Tidak diketahui
o   Klasifikasi kausalitas (Husada, 2013).
Efek samping vaksin Pentavalen setara dengan vaksin DPT-HB. Vaksin Hib ditoleransi sangat baik. Reaksi lokal bersifat sementara dan reaksi berat sangat jarang terjadi. Hasil uji coba di Indonesia menunjukkan semua vaksin ditoleransi dengan baik. Tidak ada perbedaan antar beberapa vaksin dalam hal reaksi lokal dan sistemik. Tidak ditemukan KIPI serius yang berhubungan dengan vaksin ini. Jadi imunogenitas baik dan terbukti aman (data dari 4 propinsi uji coba). Selanjutnya ada Post Marketing Surveillance di 4 provinsi tempat dilakukannya uji coba pertama. Vaksin kemudian akan digunakan di seluruh Indonesia secara bertahap (Husada, 2013).

Produksi Vaksin Pentavalen
            Vaksin Pentavalen gabungan dari lima antigen, yakni difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B serta Haemophilius influenza tipe B atau HIB dari PT Bio Farma (Persero) yang berlokasi di Jalan Pasteur Bandung merupakan hasil pengembangan vaksin Tetravalen yang terdiri dari empat antigen, yaitu vaksin difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B (DPT-HB) yang dikembangkan sejak 2007. Kemajuan yang terjadi kemudian adalah penambahan antigen Haemophylus influenza tipe B. Vaksin Pentavalen inilah yang menjadi fokus dalam pencanangan imunisasi nasional dari Kementerian Kesehatan. Ketersediaan vaksin Pentavalent dalam program nasional itu merupakan hasil kerja sama dengan Global Alliance for Vaccines and Immunisations (GAVI), yang berpusat di Swiss. GAVI membeli sebanyak 1,4 juta vials (masing-masing lima dosis). kebutuhan vaksin Pentavalen di Indonesia akan mencapai 15 juta dosis pertahun (Marboen, 2013).
PT Bio Farma (Persero) sudah mulai menguji klinis vaksin Pentavalen sejak 2010, dan telah melewati proses tahapan uji klinis fase I, II dan III. Tahapan itu langkah memastikan keefektifan vaksin pada manusia. Pengujian bekerja sama dengan RS Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, dan RS Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain itu, vaksin Pentavalen juga telah didaftarkan  kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk memperoleh ijin edar. Tahun ini PT Bio Farma (Persero) sudah siap untuk menyuplai vaksin untuk seluruh provinsi di Indonesia, namun sebagai langkah awal pihaknya akan mensuplai untuk empat provinsi terlebih dahulu yaitu Jawa Barat, DIY, Bali, dan NTB (Marboen, 2013).

Bagaimana Imunisasi Pentavalen di DIY?
Imunisasi pentavalen merupakan imunisasi baru kepada bayi yang baru lahir. Pemberian imunisasi pentavalen merupakan pengganti vaksin DPT-HB. Pada tahun 2013 ini, imunisasi tersebut diberlakukan di 4 provinsi salah satunya adalah DIY. Menurut dr. Arida Utami, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan DIY, kesadaran akan pentingnya imunisasi bagi bayi dan balita di Yogyakarta masih minim. Hal ini dikarenakan masih adanya anggapan vaksin yang tidak halal, sudah pernah diberi imunisasi, atau ketakutan anak untuk disuntik. Namun, Dinas Kesehatan DIY sudah mengupayakan berbagai hal diantaranya adalah optimalisasi pencatatan dan pelaporan, koordinasi yang intensif, sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi, serta penggunaan media untuk promosi. Dinas Kesehatan DIY juga mengeluarkan kebijakan-kebijakan mengenai program imunisasi yaitu RP-JM 2010-2014 yang tercapainya cakupan imunisasi dasar 0-11 bulan, kemudian RP-JMD 2009-2013 yang mencapai cakupan imunisasi anak SD sekitar 98% (Humas DIY, 2013).
Menetapkan bulan imunisasi, intensifikasi program imunisasi merupakan langkah-langkah Dinas Kesehatan DIY dalam meningkatkan cakupan imunisasi anak serta untuk meminimalisasi kelompok yang menolak imunisasi. Diharapkan imunisasi pentavalen ini dapat menurunkan kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) (Humas DIY, 2013).

Rabu, 04 Juni 2014

sistem skoring TB anak

Sistem Skoring Diagnosis Tuberkulosis Anak


Parameter
0
1
2

3
Kontak TB
Tidak jelas
Laporan keluarga,
Kavitas (+) BTA
BTA (+)



BTA (-) atau tidak
tidak jelas




tahu



Uji Tuberkulin
Negatif


Positif

Status Gizi

BB/TB <90% atau
Klinis gizi buruk




BB/U <80%
atau BB/TB <70%





atau BB/U <60%


Demam tanpa

≥2 minggu



sebab jelas





Batuk

≥3 minggu



Pmbesaran

≥1 cm, jumlah >1,



Kelenjar Limfe

tidak nyeri



Kolli, Aksila,





Inguinal





Pembengkakan

Ada



tulang/sendi

pembengkakan



panggul, lutut,





falang





Foto
Normal/ Tidak
·    Infiltrat
·    Kalsifikasi +



jelas
·    Pembesaran
kelenjar
infiltrat
·    Pembesaran




·    Konsolidasi
kelenjar




segmental/lo
+infiltrat




bar





·    Atelektasis





Catatan:

·    Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
·    Jika dijumpai skrofuloderma langsung didiagnosis TB
·    Berat badan dinilai saat datang
·    Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
·    Foto rontgen bukan alat diagnosis utama pada TB anak
·    Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan system skoring TB anak
·    Didiagnosis TB jika jumlah skor ≥6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih bersifat tentatif/
sementara, nilai definitive menunggu hasil penelitian yang sedang dikerjakan.



Sumber: Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak, UKK Pulmonologi PP IDAI, 2005