IMUNISASI
PENTAVALEN
Apakah vaksin
pentavalen?
Vaksin pentavalen adalah gabungan dari
vaksin DPT, HB, dan Hib.
Vaksin pentavalen bertujuan untuk
mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta radang otang
(meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib (Haemophylus influenzae tipe b) (Depkes
RI, 2013).
Apa keuntungan vaksin
pentavalen?
Pentavalen memberikan perlindungan
lebih baik karena anak-anak cenderung bermain dimana saja, tak peduli
kebersihan. Selain itu kekebalan mereka masih lemah. Vaksinasi memberikan
perlindungan bagi anak terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis
B, serta meningitis dan pneumonia sehingga akan tumbuh lebih sehat (Depker RI,
2013).
"... balita cukup disuntik satu kali,
sudah langsung mendapatkan lima proteksi... "
Menurut Prof Dr. dr. Sri Rezeki S.
Hadinegoro, SpA(K), Ketua Satgas Imunisasi IDAI, keunggulan vaksin Pentavalen
(DPT-HB-Hib) jika dibandingkan dengan program imunisasi yang lama, antara lain:
1. Mengurangi 'kesakitan' pada anak
Meskipun dirasakan tidak penting, namun Prof Sri
menyampaikan bahwa hal ini sangat bermanfaat bagi anak. Menurutnya, imunisasi
yang diberikan dengan cara disuntik ini tidak dipungkiri memberikan rasa sakit
dan trauma pada anak.
DPT, HB, dan Hib masing-masing diberikan 3 kali tiap
anak. Bisa dihitung berarti totalnya si anak disuntik 9 kali. Sedangkan jika
diberikan imunisasi pentavalen, anak berarti hanya akan disuntik 3 kali. Karena
setiap kali disuntik sudah 'kombinasi' dari ketiga jenis vaksin tersebut.
2. Mengurangi kunjungan ke posyandu
Kunjungan ke posyandu atau puskesmas tentu akan
membutuhkan biaya, khususnya jika keluarga tersebut berada di daerah yang
memang puskesmasnya masih sedikit.
Selain
itu, jika memang ibu dari anak merupakan ibu yang bekerja maka pemberian
imunisasi pentavalen ini dinilai oleh Prof Sri akan membantu ibu mengatur waktu
lebih efisien.
3. Mengurangi risiko 5 penyakit
sekaligus
Imunisasi pentavalen (DPT-HB-Hib) diketahui
merupakan kombinasi dari vaksin DPT, HB, dan Hib. DPT diketahui merupakan
vaksin yang digunakan untuk mengurangi risiko penyakit difteri, pertusis (batuk
100 hari), dan tetanus. Sementara HB merupakan vaksin untuk mengurangi risiko
penyakit hepatitis B. Hib sendiri diketahui bisa mengurangi risiko penyakit
meningitis dan pneumonia.
Bagaimana cara
pemberian imunisasi pentavalen?
Vaksin pentavalen diberikan melalui
suntikan di paha saat anak berusia 2, 3, 4 bulan. Kemudian dilanjutkan ketika
anak berusia 1,5 tahun dengan satu suntikan lanjutan (booster) di lengan kanan
atas. Imunisasi lanjutan memastikan kekebalan maksimal. (Depkes, 2013).
Umur Bayi
|
Jenis Imunisasi
|
<
7 hari
|
Hepatitis
B (HB) 0
|
1
Bulan
|
BCG
Polio
1
|
2
Bulan
|
DPT-HB-Hib 1
Polio
2
|
3
Bulan
|
DPT-HB-Hib 2
Polio
3
|
4
Bulan
|
DPT-HB-Hib 3
Polio
4
|
9
Bulan
|
Campak
|
Bagaimana
mendapatkannya?
Imunisasi pentavalen bisa
didapatkan secara gratis di semua Posyandu, Puskesmas, atau fasilitas kesehatan
pemerintah lainnya (Depkes RI, 2013).
Apakah imunisasi
pentavalen aman? Bagaimana dengan efek sampingnya?
Vaksin pentavalen aman. Sebelum
diberikan pada manusia, setiap jenis vaksin sudah dipastikan keamanannya
melalui proses pemeriksaan oleh Badan POM dan lembaga internasional. Demam
setelah imunisasi merupakan reaksi normal yang dapat diatasi dengan obat penurun
panas (Depkes RI, 2013).
Tentang Vaksin DPT, HB,
dan Hib
Vaksin DPT dan Hepatitis B adalah salah
satu yang sangat lama dikenal, keamanan dan efek sampingnya juga yang paling
banyak diketahui. Vaksin Hib yang menyusul kemudian juga bukan vaksin baru. Vaksin
gabungan atau vaksin kombinasi (beberapa vaksin dalam 1 sediaan) seperti vaksin
pentavalen memiliki beberapa keunggulan dan menjadi pilihan utama di banyak
negara (Husada, 2013).
Aspek
Medis Vaksin Kombinasi Pentavalen :
Vaksin DPT-HepB-Hib ditujukan untuk
mencegah 5 penyakit, yaitu : Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, dan Haemophilus Influenzae tipe b. Vaksin
DPT mencegah 3 penyakit berbahaya : difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin ini
merupakan vaksin yang sangat poten. Vaksin DPT ini memiliki efek samping utama
berupa demam. Penyakit difteri disebabkan oleh toksin Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini ditandai dengan adanya
membran (bercak, lapisan putih kotor) di saluran nafas. Kematian tersering
karena komplikasi miokarditis. Penyakit tetanus dosebabkan oleh toksin Clostridium tetani yang ditandai oleh
kekakuan dan kejang. Angka kematian akibat penyakit ini masih tinggi bahkan
dinegara maju sekalipun. Tetanus neonatorum sendiri masih cukup banyak di
negara Indonesia. Penyakit pertusis/ batuk rejan/ batuk 100 hari disebabkan
oleh toksin Bordetella pertusis. Penyakit
ini ditandai dengan batuk hebat. Saat ini terjadi peningkatan kasus dan wabah
di banyak negara di dunia.
Penyakit Hepatitis B dapat dicegah
dengan pemberian vaksin. Penularan penyakit ini terutama dari ibu ke janin.
Tidak ada gejala nyata hingga lebih dari 40 tahunan, setelah itu muncul gejala
ringan sampai berat. Penularan penyakit ini 100 kali lebih mudah daripada
penularan HIV. Vaksin HB adalah salah satu vaksin teraman. Sebagian besar
negara di dunia menggunakan vaksin ini. Efek samping dari pemberian vaksin ini
adalah perdarahan, terutama paada bayi yang kekurangan vitamin K.
Infeksi Hib disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe B. Hib
merupakan salah satu penyebab terbanyak penyakit serius pada anak, dapat
menyerang semua organ terutama menimbulkan infeksi kulit, radang paru dan
meningitis. Insidensi penyakit ini bervariasi. Sebagian besar terjadi pada anak
dibawah usia 1 tahun. Bakteri ini sangat sulit ditumbuhkan. Vaksin Hib
merupakan vaksin yang sangat poten dan salah satu yang teraman. Telah digunakan
di banyak negara. Di negara maju penyakit ini sudah sangat sedikit. Pada
umumnya diberikan sendirian atau bergabung dengan vaksin DPT. Efektif dan efisiensi
vaksin Hib setara dengan apabila diberikan sendiri (Husada, 2013).
Aspek Keamanan Vaksin
Kombinasi Pentavalen :
·
KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
·
Klasifikasi KIPI :
o
Klasifikasi lapangan (digunakan untuk
pencatatan dan pelaporan KIPI) :
§ Reaksi
vaksin :
·
Reaksi ringan
·
Reaksi langka/jarang
§ Kesalahan
prosedur/tekhnik pelaksanaan
·
Tidak steril
·
Salah pakai pelarut vaksin
·
Penyuntikan salah tempat
·
Transportasi/ penyimpanan vaksin tidak
benar
·
Mengabaikan Kontra Indikasi
§ Reaksi
suntikan
·
Langsung (sakit, bengkak, kemerahan)
·
Tidak langsung (takut/cemas, nafas
tertahan, nafas cepat, pusing, mual/muntah, kejang, pingsan, hysteria masal)
§ Kebetulan
Kejadian
yang timbul secara kebetula setelah imuniasasi.
Ditemukan
kejadian yang sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat tetapi
tidak diimunisasi.
§ Tidak
diketahui
o
Klasifikasi kausalitas (Husada, 2013).
Efek samping vaksin Pentavalen setara
dengan vaksin DPT-HB. Vaksin Hib ditoleransi sangat baik. Reaksi lokal bersifat
sementara dan reaksi berat sangat jarang terjadi. Hasil uji coba di Indonesia
menunjukkan semua vaksin ditoleransi dengan baik. Tidak ada perbedaan antar
beberapa vaksin dalam hal reaksi lokal dan sistemik. Tidak ditemukan KIPI
serius yang berhubungan dengan vaksin ini. Jadi imunogenitas baik dan terbukti
aman (data dari 4 propinsi uji coba). Selanjutnya ada Post Marketing
Surveillance di 4 provinsi tempat dilakukannya uji coba pertama. Vaksin
kemudian akan digunakan di seluruh Indonesia secara bertahap (Husada, 2013).
Produksi Vaksin Pentavalen
Vaksin Pentavalen gabungan dari
lima antigen, yakni difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B serta Haemophilius
influenza tipe B atau HIB
dari PT Bio Farma (Persero) yang berlokasi di Jalan Pasteur Bandung merupakan
hasil pengembangan vaksin Tetravalen yang terdiri dari empat antigen, yaitu
vaksin difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B (DPT-HB) yang dikembangkan
sejak 2007. Kemajuan yang terjadi kemudian adalah penambahan antigen Haemophylus
influenza tipe B. Vaksin Pentavalen inilah yang menjadi fokus dalam
pencanangan imunisasi nasional dari Kementerian Kesehatan. Ketersediaan vaksin
Pentavalent dalam program nasional itu merupakan hasil kerja sama dengan Global Alliance for Vaccines and
Immunisations (GAVI), yang
berpusat di Swiss. GAVI membeli sebanyak 1,4 juta vials (masing-masing lima
dosis). kebutuhan vaksin Pentavalen di Indonesia akan
mencapai 15 juta dosis pertahun (Marboen, 2013).
PT Bio Farma (Persero) sudah
mulai menguji klinis vaksin Pentavalen sejak 2010, dan telah melewati proses
tahapan uji klinis fase I, II dan III. Tahapan itu langkah memastikan
keefektifan vaksin pada manusia. Pengujian bekerja sama dengan RS Hasan
Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, dan RS Cipto
Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain itu, vaksin Pentavalen juga telah didaftarkan kepada
Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk memperoleh ijin edar. Tahun ini PT Bio
Farma (Persero) sudah siap untuk menyuplai vaksin untuk seluruh provinsi di
Indonesia, namun sebagai langkah awal pihaknya akan mensuplai untuk empat
provinsi terlebih dahulu yaitu Jawa Barat, DIY, Bali, dan NTB (Marboen,
2013).
Bagaimana Imunisasi
Pentavalen di DIY?
Imunisasi pentavalen merupakan imunisasi
baru kepada bayi yang baru lahir. Pemberian imunisasi pentavalen merupakan
pengganti vaksin DPT-HB. Pada tahun 2013 ini, imunisasi tersebut diberlakukan
di 4 provinsi salah satunya adalah DIY. Menurut dr. Arida Utami, M.Kes selaku
Kepala Dinas Kesehatan DIY, kesadaran akan pentingnya imunisasi bagi bayi dan
balita di Yogyakarta masih minim. Hal ini dikarenakan masih adanya anggapan vaksin
yang tidak halal, sudah pernah diberi imunisasi, atau ketakutan anak untuk disuntik.
Namun, Dinas Kesehatan DIY sudah mengupayakan berbagai hal diantaranya adalah
optimalisasi pencatatan dan pelaporan, koordinasi yang intensif, sosialisasi
mengenai pentingnya imunisasi, serta penggunaan media untuk promosi. Dinas
Kesehatan DIY juga mengeluarkan kebijakan-kebijakan mengenai program imunisasi
yaitu RP-JM 2010-2014 yang tercapainya cakupan imunisasi dasar 0-11 bulan,
kemudian RP-JMD 2009-2013 yang mencapai cakupan imunisasi anak SD sekitar 98%
(Humas DIY, 2013).
Menetapkan bulan
imunisasi, intensifikasi program imunisasi merupakan langkah-langkah Dinas
Kesehatan DIY dalam meningkatkan cakupan imunisasi anak serta untuk
meminimalisasi kelompok yang menolak imunisasi. Diharapkan imunisasi pentavalen
ini dapat menurunkan kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat
Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) (Humas DIY, 2013).